Observatorium Bosscha, Destinasi Rekreasi Favorit & Sarana Edukasi Di Bandung

Mau Sewa Mobil ELF, Hiace, atau Bus Pariwisata?

Dapatkan Mobil Pariwisata Berkualitas Dengan Harga Terjangkau, Diduukung Dengan Driver Yang Handal! HartoTrans - Selalu Siap Menemani Perjalanan Wisata Anda.

Observatorium Bosscha menjadi salah satu destinasi rekreasi edukasi menarik dan mendidik yang terletak di Bandung Jawa Barat. Observatorium Bosscha ialah lembaga riset yang berada di bawah naungan FMIPA ITB, kawasan ini menjadi salah satu kawasan penelitian, pengembangan, dan pendidikan astronomi yang ada di Indonesia.

Mempelajari segala hal yang ada di alam semesta ialah salah satu hal yang menarik dan menggembirakan. Meskipun menjadi daerah observasi, tetapi Observatorium Bosscha tetap mampu dikunjungi untuk keperluan wisata dan menjadi daerah peneropongan bintang yang paling tua di Indonesia.

Sejarah Observatorium Bosscha

Observatorium ini diresmikan pada tahun 1923 oleh pemerintah Hindia Belanda dan merupakan observatorium tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha mempunyai luas sekitar 9 hektar dan terletak di ketinggian 1.310 meter di atas permukaan maritim.

Observatorium ini didirikan dengan tujuan untuk mempelajari astronomi dan meteorologi di wilayah Indonesia. Sejarah Observatorium Bosscha dimulai pada tahun 1912 dikala seorang astronom Belanda berjulukan J.C. Koningsberger menganjurkan pendirian observatorium di Indonesia. Pada awalnya, lokasi yang disarankan adalah di Gunung Salak, Jawa Barat. Namun, setelah penelitian lebih lanjut, lokasi yang dipilih adalah di Lembang, Jawa Barat, alasannya adalah memiliki keadaan lingkungan yang lebih baik untuk pengamatan astronomi.

Observatorium Bosscha

Pembangunan observatorium dimulai pada tahun 1920 dan akhir pada tahun 1923. Observatorium ini diberi nama Bosscha, yang diambil dari nama seorang pengusaha asal Belanda berjulukan Karel Albert Rudolf Bosscha yang menyumbangkan sebagian besar ongkos pembangunan observatorium. Observatorium Bosscha mempunyai beberapa perlengkapan untuk melaksanakan pengamatan astronomi, mirip teleskop refraktor dengan diameter 60 cm, teleskop reflektor dengan diameter 70 cm, teleskop radio, dan sejumlah peralatan pendukung lainnya.

Selain itu, observatorium ini juga mempunyai museum dan perpustakaan yang berisi koleksi benda-benda dan buku-buku tentang astronomi. Selama kurun penjajahan Belanda, Observatorium Bosscha menjadi pusat penelitian astronomi dan meteorologi di daerah Indonesia. Para astronom Belanda yang bertugas di observatorium ini melaksanakan penelitian mengenai bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi yang lain.

Selain itu, mereka juga melakukan observasi perihal cuaca dan iklim di daerah Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Observatorium Bosscha menjadi bagian dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang didirikan pada tahun 1963. Observatorium ini tetap menjadi pusat observasi astronomi dan meteorologi di Indonesia, dan banyak astronom Indonesia yang melakukan penelitian di sini.

Pada tahun 2010, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Indonesia alasannya adalah nilai sejarah dan arsitekturnya. Observatorium ini juga menjadi kawasan rekreasi terkenal di Lembang, Jawa Barat, dan sering dikunjungi oleh penduduk yang ingin melihat bintang-bintang di malam hari.

Sejak berdirinya hingga sekarang, Observatorium Bosscha telah menghasilkan banyak penelitian dan penemuan penting di bidang astronomi dan meteorologi. Observatorium ini menjadi saksi sejarah kemajuan ilmu wawasan dan teknologi di Indonesia, serta menjadi daerah penting bagi peneliti dan penggemar astronomi di seluruh dunia.

Mengenal Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha dibangun dengan mengikuti arsitektur bergaya Belanda pada kurun itu. Pada tahun 1928, observatorium ini mulai beroperasi dengan teleskop refraktor berukuran besar, yang merupakan teleskop terbesar di Asia pada ketika itu.

Teleskop ini berukuran 60 cm dan memiliki panjang konsentrasi 8 meter. Teleskop ini digunakan untuk melaksanakan observasi bintang, planet, komet, dan fenomena astronomi lainnya. Selain teleskop refraktor, Observatorium Bosscha juga mempunyai teleskop reflektor dengan diameter 30 cm. Teleskop ini dipakai untuk mengamati objek langit yang lebih kecil dan sukar dilihat dengan teleskop refraktor.

Selain itu, observatorium ini juga memiliki fasilitas lain mirip laboratorium, perpustakaan, dan ruang bazar. Observatorium Bosscha sudah menjadi sentra penelitian astronomi di Indonesia selama lebih dari sembilan dekade. Observatorium ini telah banyak memperlihatkan donasi bagi astronomi Indonesia, seperti penemuan planet satelit Jupiter ke-11 pada tahun 1989 oleh tim astronom dari Observatorium Bosscha dan Institut Teknologi Bandung.

Selain menjadi sentra penelitian astronomi, Observatorium Bosscha juga menjadi kawasan rekreasi edukasi bagi penduduk . Pada tahun 2017, Observatorium Bosscha mendapatkan pengukuhan sebagai salah satu cagar budaya nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengakuan ini memperlihatkan bahwa Observatorium Bosscha mempunyai nilai sejarah, ilmiah, dan budaya yang penting bagi Indonesia.

Daya Tarik Observatorium Bosscha

Daya tarik Observatorium Bosscha memang mempunyai keunikan tersendiri karena menjadi daerah observasi dan pengembangan astronomi di Indonesia. Nama Observatorium Bosscha bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh wilayah Indonesia, berikut ini berbagai jenis teleskop yang tersedia di Observatorium Bosscha, yakni:

1. Teleskop Zeiss

Observatorium bosscha

Teleskop Zeiss adalah jenis teleskop refraktor yang didesain oleh Carl Zeiss pada tahun 1920-an. Teleskop ini memiliki diameter lensa utama sebesar 60 cm dan panjang fokus sebesar 9,4 meter. Teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha dipasang pada tahun 1928 dan pada saat itu ialah teleskop terbesar di Asia Tenggara. Meskipun sudah berusia lebih dari 90 tahun, teleskop ini masih dapat dipakai dengan baik dan menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung Observatorium Bosscha.

Teleskop Zeiss dapat digunakan untuk memperhatikan objek-objek langit mirip planet, bintang, dan galaksi. Pengamatan dilakukan dengan cara memasang kamera atau alat pengamatan lain pada konsentrasi teleskop. Selain itu, teleskop Zeiss juga mampu digunakan untuk melakukan pengukuran posisi bintang dan studi spektroskopi. Teleskop Zeiss juga sudah digunakan untuk mengamati peristiwa astronomi penting seperti gerhana bulan dan gerhana matahari.

2. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss yaitu salah satu teleskop yang menjadi kebanggaan bagi Observatorium Bosscha. Teleskop ini mempunyai dua lensa objektif yang terbuat dari kaca berkualitas tinggi dan dirancang untuk memperlihatkan gambar yang jernih dan tajam. Dengan diameter lensa objektif masing-masing 60 cm, teleskop ini mampu menghimpun cahaya dengan efektif sehingga dapat digunakan untuk mengamati objek langit yang sungguh jauh.

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss ini dibangun pada tahun 1928 oleh perusahaan Jerman berjulukan Carl Zeiss. Proses pembangunan teleskop ini menyantap waktu selama dua tahun dan melibatkan banyak hebat optik ternama pada era itu. Teleskop ini lalu dibawa ke Indonesia oleh Gubernur Jenderal Belanda pada ketika itu, A.C.D. de Graeff.

Teleskop ini mulanya berada di Observatorium Kembang Jepun di Jakarta, namun kemudian dipindahkan ke Observatorium Bosscha pada tahun 1959. Salah satu kelebihan dari teleskop Refraktor Ganda Zeiss adalah metode konsentrasi yang terletak di antara dua lensa objektif. Hal ini menciptakan teleskop ini tidak terlalu panjang dan lebih mudah untuk dioperasikan.

Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan metode pengendali gerakan yang sangat akurat sehingga mampu digunakan untuk melacak objek langit dengan sangat presisi. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss sudah banyak digunakan untuk melaksanakan penelitian astronomi dan observasi langit. Salah satu observasi penting yang dikerjakan dengan menggunakan teleskop ini yakni pengukuran posisi bintang dan gerakan mereka di langit. Selain itu, teleskop ini juga sering digunakan untuk mengamati planet-planet di tata surya dan benda langit lainnya seperti nebula, galaksi, dan bintang ganda.

3. Teleskop Refraktor Bamberg

Teleskop Refraktor Bamberg mempunyai lensa objektif berdiameter 60 cm dan panjang fokus 9,36 meter. Lensa ini yang dibuat dari kaca optik berkualitas tinggi dan dianggap sebagai salah satu lensa terbaik di dunia pada masanya. Teleskop Bamberg juga dilengkapi dengan metode pencitraan dan pemantauan bintang yang canggih untuk mempermudah observasi.

Teleskop Bamberg dipakai untuk aneka macam macam observasi astronomi, tergolong observasi planet, bintang, galaksi, dan objek langit yang lain. Salah satu penemuan penting yang dijalankan dengan teleskop Bamberg adalah penemuan asteroid Ceres pada tahun 1938 oleh Dr. K.A. van Houten dari Observatorium Bosscha.

Penemuan ini sangat penting karena Ceres yakni objek langit pertama yang didapatkan di antara planet-planet di tata surya. Selain itu, teleskop Bamberg juga dipakai untuk meneliti gerakan bintang dan mempelajari sifat-sifat galaksi. Beberapa observasi yang dilaksanakan dengan teleskop Bamberg sudah memberikan kontribusi besar bagi pengertian kita perihal alam semesta.

Meskipun usianya telah lebih dari 90 tahun, teleskop Bamberg masih dipakai untuk penelitian astronomi hingga saat ini. Observatorium Bosscha terus memperbarui tata cara dan teknologi yang digunakan untuk mengoptimalkan kinerja teleskop ini.

4. Teleskop Schmidt Bima Sakti

Teleskop Schmidt Bima Sakti memiliki diameter cermin primer sebesar 60 cm dengan panjang konsentrasi 5 meter. Teleskop ini didesain khusus untuk memotret langit dengan lapangan pandang lebar dan resolusi tinggi, serta kemampuan observasi pada cahaya terlihat dan ultraviolet.

Dengan kemampuan ini, Teleskop Schmidt Bima Sakti mampu digunakan untuk berbagai macam observasi astronomi, seperti memetakan galaksi, asteroid, bintang dan gugus bintang, serta mempelajari fenomena alam semesta mirip supernova dan bintang neutron. Selain itu, Teleskop Schmidt Bima Sakti juga dapat dipakai untuk memonitor objek langit yang bergerak mirip komet, asteroid, dan satelit.

Hal ini menjadi penting dalam memperhatikan objek-objek yang memiliki peluang mengancam Bumi dan mengetahui orbit dan perilaku objek-objek tersebut. Teleskop Schmidt Bima Sakti tidak hanya dipakai oleh para astronom di Indonesia, tetapi juga digunakan oleh astronom dari negara-negara lain. Observatorium Bosscha sering kali menjadi tujuan bagi para peneliti astronomi internasional alasannya adalah keberadaannya yang strategis di wilayah khatulistiwa dan mempunyai kondisi langit yang relatif higienis dari polusi cahaya.

5. Teleskop Cassegrain GOTO

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha ialah salah satu teleskop yang sungguh digunakan dalam pengamatan astronomi terbaru. Teleskop ini memiliki fitur khusus adalah sistem GOTO (Go To) yang memungkinkan teleskop untuk secara otomatis mengarahkan dan mendapatkan objek yang telah ditentukan di langit.

Teleskop Cassegrain sendiri ialah jenis teleskop reflektor yang mempunyai dua cermin, yaitu cermin primer yang berupa paraboloid dan cermin sekunder yang berupa hiperboloid. Sistem optik ini memungkinkan cahaya yang masuk lewat teleskop dipantulkan oleh cermin primer ke cermin sekunder dan lalu dipantulkan lagi ke arah perbesaran dan fokus pada titik konsentrasi di belakang cermin sekunder.

Teleskop Cassegrain GOTO di Observatorium Bosscha memiliki spesifikasi teknis yang meliputi diameter lensa 70 cm, panjang konsentrasi 14,2 meter dan rentang gerak atas-bawah 20 derajat dan gerak kiri-kanan 360 derajat. Dengan spesifikasi ini, teleskop mampu dipakai untuk memperhatikan objek langit seperti planet, bintang, dan galaksi dengan sangat akurat.

Sistem GOTO pada teleskop Cassegrain di Observatorium Bosscha memungkinkan pengguna untuk memilih objek langit dari database yang tersedia dan kemudian secara otomatis mengarahkan teleskop ke objek dengan akurasi yang sungguh tinggi.

6. Teleskop Refraktor Unitron

Teleskop Refraktor Unitron yaitu salah satu perangkat utama di Observatorium Bosscha. Teleskop ini dibangun oleh Unitron Company di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dan didatangkan ke Indonesia pada tahun 1963.

Teleskop Refraktor Unitron memiliki diameter lensa sebesar 20 cm dan panjang fokus 320 cm, serta mampu menambahobjek hingga 260 kali. Teleskop Refraktor Unitron digunakan untuk pengamatan astronomi khususnya untuk mengamati objek-objek langit seperti planet, bintang, nebula, dan galaksi.

Teleskop ini memakai prinsip refraksi cahaya melalui lensa beling, sehingga menghasilkan gambar yang sangat jernih dan tajam. Refraktor Unitron adalah salah satu teleskop terbaik dan masih dipakai oleh banyak observatorium dan astronom di seluruh dunia sampai kini.

Di Observatorium Bosscha, Teleskop Refraktor Unitron digunakan untuk melaksanakan banyak sekali observasi astronomi dan pengamatan berkala seperti pengamatan bintang ganda, observasi planet, komet, dan objek-objek langit lainnya. Selain itu, teleskop ini juga dipakai untuk kegiatan pendidikan mirip kunjungan dari sekolah-sekolah atau penduduk lazim yang ingin belajar ihwal astronomi.

7. Teleskop Radio 2,3 m

Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha yakni salah satu instrumen paling mutakhir dalam penelitian astronomi terbaru. Teleskop ini dibangun pada tahun 1973 oleh Jepang dan dioperasikan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) di Indonesia.

Teleskop ini memiliki diameter 2,3 meter dan dapat mendeteksi gelombang radio dalam rentang frekuensi 1420 MHz sampai 14 GHz. Keunggulan utama dari teleskop radio yakni kemampuannya untuk melihat bintang dan objek langit lainnya yang tidak tampakdengan mata telanjang atau teleskop optik biasa.

Hal ini sebab objek langit ini sering kali memancarkan radiasi elektromagnetik dalam rentang frekuensi radio, yang tidak tampakoleh mata insan. Teleskop radio 2,3 m di Observatorium Bosscha sudah digunakan untuk aneka macam macam observasi astronomi, tergolong pengamatan pulsar, fenomena radio alam semesta, dan galaksi jauh.

8. Teleskop Surya

Teleskop Surya Bosscha memiliki lensa objektif sebesar 15 cm dan panjang konsentrasi 3 meter, sehingga mampu menghasilkan gambar matahari dengan resolusi yang sangat bagus. Selain itu, teleskop ini juga dilengkapi dengan aneka macam macam filter, mirip filter H-alpha dan Calcium-K, yang memungkinkan para peneliti untuk mengamati banyak sekali fenomena yang terjadi di permukaan matahari, seperti bintik matahari, erupsi solar, dan prominensia.

Selama lebih dari 90 tahun pengamatan matahari di Bosscha, teleskop Surya telah memberikan donasi besar bagi observasi astronomi dan astrofisika di Indonesia. Beberapa penelitian yang dikerjakan dengan menggunakan data dari teleskop ini antara lain yaitu studi ihwal aktivitas matahari, contoh pergerakan bintik matahari, dan imbas matahari terhadap iklim di Indonesia.

Lokasi dan Alamat Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha terletak di daerah Lembang, Bandung. Dari pusat kota Bandung cuma berjarak sekitar 15 Km ke daerah utara atau lebih tepatnya di Jalan Teropong Bintang, Cikahuripan Bandung. Daerah Lembang memang terkenal dengan banyaknya tempat rekreasi yang ada di dalamnya mirip Farmhouse Lembang sampai Floating Market Lembang. Setelah mengunjungi Observatorium Bosscha kau mampu berkunjung ke tempat rekreasi lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi Observatorium.

Bagaimana Cara Mengunjungi Observatorium Bosscha ?

Pada umumnya tidak terlampau susah untuk menuju ke Observatorium Bosscha. Ketika kau menggunakan kendaraan langsung maka cara yang paling gampang yakni dengan melalui Jalan Setiabudi menuju ke arah Lembang. Kamu akan melalui Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat, kemudian teruslah berjalan sekitar 0,5 km dan kau pun akan eksklusif hingga ke gerbang Observatorium Bosscha di sebelah kanan jalan.

Namun, apabila kau menggunakan kendaraan biasa maka ada tiga cara, cara yang pertama dengan menaiki angkutan umum dari Stasiun Hall menuju Lembang, kamu mampu berhenti di gerbang bawah Observatorium Bosscha.

Cara kedua, dengan menaiki bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Lalu dari terminal Ledeng kau mesti berubah angkot yang menuju ke Stasiun Hall, naik lagi ke angkutan lazim jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Cara ketiga, kamu mampu naik bus Damri di Terminal Bus Leuwi Panjang dengan tujuan Terminal Ledeng. Dari terminal Ledeng kau bisa berganti angkot yang menuju ke Stasiun Hall, kau mesti naik angkot lagi jurusan Lembang dan berhenti di gerbang Observatorium Bosscha.

Jam Buka dan Waktu Kunjungan Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha buka setiap hari Selasa hingga Sabtu, pada hari Selasa hingga Jumat dipakai untuk kunjungan rombongan sekolah, universitas, atau instansi lainnya yang berjumlah 25 orang.

Sebelum menetapkan untuk mengunjungi Observatorium Bosscha, tentukan kau telah melakukan registrasi apalagi dahulu sebelumnya dan menerima acara berkunjung dari pihak pengurus.

Kunjungan Siang Observatorium Bosscha

Pada siang hari, Observatorium Bosscha membuka beberapa sesi kunjungan hadirin yang memiliki batasan kapasitas optimal para pengunjung hingga 200 orang. Total ada tiga sesi yang mampu kamu ikuti untuk berkunjung siang hari di Observatorium Bosscha, ialah:

Hari Selasa – Kamis :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 11.00 WIB
  • Sesi 3 : 13.00 WIB

Hari Jumat :

  • Sesi 1 : 09.00 WIB
  • Sesi 2 : 13.00 WIB

Hari Sabtu dikhususkan untuk kunjungan personal atau bersama keluarga. Sehingga jikalau kau datang sendiri lebih baik datang di hari Sabtu mulai jam 09.00 WIB.

Kunjungan Malam Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha ternyata juga membuka kunjungan malam bagi para pengunjung, namun kunjungan malam cuma tersedia di demam isu kemarau yakni bulan April sampai Oktober. Kunjungan malam ini menjadi salah satu waktu terbaik alasannya kau bisa mendatangi Teleskop Zeiss.

Apabila cuaca sedang mendukung dan langit cerah maka pengunjung juga bisa melakukan peneropongan dengan menggunakan Teleskop Portable dan Teleskop Bamberg. Kamu juga mampu mendatangi ruang multimedia untuk menyaksikan berbagai isu astronomi untuk memperbesar pengetahuan dan ilmu wawasan.

Harga Tiket Masuk Observatorium Bosscha

Harga tiket masuk ke Observatorium Bosscha termasuk masih terjangkau, dengan kunjungan siang sebesar Rp15.000 per orang dan kunjungan malam sebesar Rp20.000 per orang.

Cara Mendaftar Observatorium Bosscha

  • Kunjungan Perorangan atau Keluarga, kau bisa eksklusif tiba ke lokasi di hari Sabtu dari jam 09.00 WIB hingga 13.00 WIB, untuk pembayarannya dijalankan pribadi di daerah. Khusus untuk kunjungan malam diharuskan melakukan reservasi apalagi dahulu .
  • Kunjungan dari Sekolah atau Instansi, khusus untuk kunjungan dari sekolah atau instansi maka mesti mengantarkan surat resmi yang ditunjukan ke Observatorium Bosscha melalui fax atau email.

    • Hari atau tanggal berkunjung
    • Jam kunjungan
    • Jumlah orang yang berkunjung
    • Kelompok usia kunjungan (TK, pelajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengan Atas, mahasiswa, guru atau lazim)
    • Nomor handphone atau email yang mampu dihubungi untuk melaksanakan konfirmasi pendaftaran
    • Pembayaran via transfer BNI dengan no rekening : 0901042017 a.n PPM FMIPA ITB
    • Cantumkan “Bosscha dari [nama sekolah/institusi/organisasi] [kota]” kirim via faks ke nomor 022-2786001.

Tips Berkunjung Ke Observatorium Bosscha

Jika kamu bermaksud untuk melaksanakan kunjungan ke Observatorium Bosscha, ada beberapa kiat berkunjung yang bisa membantu kamu, ialah:

  1. Persiapkan diri secara fisik, pastikan kau dalam kondisi fisik yang cukup baik untuk menghadapi perjalanan ke kawasan ini. Jangan lupa untuk menjinjing jaket atau busana hangat alasannya adalah suhu udara di kawasan Lembang memang masbodoh khususnya di malam hari.
  2. Perhatikan waktu kunjungan Observatorium Bosscha buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional. Namun, jam operasionalnya berbeda pada hari umumdan final pekan. Jika kau ingin memperhatikan benda-benda langit di malam hari, pastikan untuk tiba pada dikala ada program stargazing atau mengamati benda langit di malam hari.
  3. Siapkan kamera untuk mengambil foto bintang dan objek lain di langit malam. Kamu juga bisa menggunakan tripod untuk menerima foto yang lebih stabil dan jelas. Namun, penggunaan flash tidak diizinkan di dalam observatorium sebab dapat mengganggu proses pengamatan benda-benda langit.
  4. Ikuti panduan saat berkunjung ke Observatorium Bosscha, pastikan untuk mengikuti bimbingan dari pemandu rekreasi atau pengelola observatorium.
  5. Jangan merokok dan makan di dalam area observatorium tidak diizinkan. Karena udara yang higienis sangat penting untuk menjaga kualitas observasi benda-benda langit, maka peraturan ini harus diikuti oleh setiap pengunjung.
  6. Jangan menjinjing binatang peliharaan.
  7. Menggunakan pakaian yang sopan karena banyak hadirin yang berasal dari institusi lain.
  8. Ubah handphone ke mode senyap untuk menyingkir dari gangguan ketika pelaksanaan tour.

Itulah beberapa gosip perihal Observatorium Bosscha yang mampu kau ketahui, Observatorium Bosscha menjadi salah satu tempat penelitian astronomi terbesar di Indonesia. Bagi kamu yang kesengsem di bidang astronomi atau pengamatan antariksa, kamu mampu mendatangi Observatorium Bosscha untuk mengamati banyak sekali benda langit saat cuaca sedang cerah.

Artikel Menarik Lainnya:

× Butuh Bantuan? Chat Sekarang!